Daftar Blog Bacaan

Sabtu, 29 Oktober 2016

ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK


Istilah asas berarti dasar, prinsip, pedoman, atau pegangan. Sedangkan yang dimaksud dengan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan adalah dasar-dasar yang perlu diketahui oleh setiap orang dalam pelaksanaan hukum pemerintahan.
Ketentuan Pasal 1 angka (6) Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999, menyatakan:
Asas Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme”.

Istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik (Amrah Muslimin, 1986: 140), pertama-tama diperkenalkan dalam laporan komisi De Monchy di Negeri Belanda. Dalam laporan itu dipergunakan istilah Algemene Beginselen Van behoorlijke bestuur, yang berkenaan dengan usaha peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap pemerintah. Asas-asas itu kemudian dipakai oleh Van Der Grinten dalam laporan tentang peradilan administrasi dan peradilan pelanggaran-pelanggaran disiplin dalam organisasi perusahaan (Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 81).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka istilah Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik itu (Amrah Muslimin, 1986: 140) merupakan terjemahan dari istilah algemene van behoorlijk bestuur (Bahasa Belanda), dan istilah general principles of administration (Bahasa Inggris). Kemudian Wiarda, memberikan perincian secara tersusun unsur-unsur yang tercantum dalam Jurisprudensi Hakim Administrasi dan Hakim-hakim Peradilan Umum, mengenai Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik itu ada 5 (lima) unsur sebagai berikut:
1.         Asas kejujuran (fair play)
2.         Asas kecermatan (zorgvuldiggheid)
3.         Asas kemurnian dalam tujuan (zuiverheid dan oogmerk)
4.         Asas keseimbangan (evenwichtigheid)
5.         Asas kepastian hukum (rechts zakerheid)
                        (Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 81-82).
Crince le Roy (Solly Lubis, 1992: 136) menyebutkan beberapa asas umum pemerintahan yang baik yaitu:
1.         Asas kepastian hukum (principle of legal security; rechts zakerheidsbeginsel)
2.         Asas keseimbangan (principle of proportionality; evenredigheids beginsel)
3.         Asas kesamaan (principle of equality; gelijkheids beginsel)
4.         Asas Kecermatan (principle of carefulness; zorgvuldigheids beginsel)
5.        Asas motivasi pada setiap keputusan pemerintah (principle of motivation;motiverings beginsel)
6.        Asas tidak menyalahgunakan kewenangan (principle of non misuse of competence; verbod van detournament depouvoir)
7.         Asas permainan yang wajar (principle of fair play; fair play beginsel)
8.         Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of arbitrariness; redelijkgeids beginsel of verbod van willekeur)
9.         Asas menanggapi harapan yang wajar (principle of meeting raised expectation; of gewekte verwachtingen)
10.       Asas peniadaan akibat keputusan yang batal (principle of undoing the consequences of an annulled decision; herstel beginsel)
11.       Asas perlindungan atas pandangan hidup atau cara hidup pribadi (principle of protecting the personal way of life; herstel beginsel).(Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 82-83).
Dalam pemerintahan Indonesia kita mengenal asas-asas yang telah lama dikenal dan diberlakukan baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam tata pemerintahan.  Menurut SF Marbun dan Moh.Mahfud MD (2004: 59-67), mengklasifikasikan asas-asas umum pemerintahan yang baik kedalam 13 (tiga belas asas), yaitu :
1.      Asas Kepatian Hukum (principle of legal security).
Asas kepastian hukum disebut dalam istilah Legal Of Security. Asas ini merupakan konsekuensi logis dari pada negara hukum, sehingga setiap perbuatan adalah tindakan aparatur pemerintah haruslah selalu didasarkan pada aturan-aturan hukum.
2.      Asas Keseimbangan (principle of proportionality).
            Asas keseimbangan dikaitkan dengan keseimbangan hak dan kewajiban yang pada hakikatnya menghendaki terciptanya keadilan menuju pada kehidupan yang damai.
3.      Asas Kesamaan Dalam Mengambil Keputusan (principle of equality).
            Asas ini konsisten dengan tuntutan Pasal 27 UUD 1945 yang memberikan kedudukan sama kepada semua warga negara didepan hukum dan pemerintahan.
4.      Asas Bertindak Cermat (principle of carefulnes).
           Asas ini menuntut ketelitian dari aparatur pemerintah didalam setiap kali melakukan sesuatu perbuatan.
5.      Asas Motivasi Untuk Setiap Keputusan (principle of motivation).
            Asas yang memberi dorongan untuk berbuat, bagi perbuatan aparatur pemerintah yang berakibat hukum.
6.      Asas Jangan Mencampur Adukkan Kewenangan (principle of non misuse of competence).
            Asas ini memberi petunjuk agar pejabat pemerintah ataupun badan aparatur pemerintahan tidak boleh bertindak atas sesuatu yang bukan wewenangnya.
7.      Asas Permainan Yang Layak (principle of fair play).
            Asas ini memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk mencari kebenaran dan keadilan sebelum aparatur pemerintah mengambil suatu keputusan.
8.      Asas Keadilan Atau Kewajaran (principle of reasonable or prohibition of arbitrariness). Asas ini menuntut ditegakkan aturan hukum agar tidak terjadi kesewenang-wenangan.
9.      Asas Menanggapi Pengharapan Yang Wajar (principle of meeting raised expectation).
Asas ini mendorong aparatur pemerintah dalam pembuatan hukumnya selalu memperhatikan harapan-harapan yang ditimbulkan oleh rakyat atau pihak yang ada dalam hubungan hukum yang tercipta sebagai lapangan hukum tata pemerintahan.
10.  Asas Meniadakan Akibat Suatu Keputusan Yang Batal (principle of undoing the consequences of an annuled decision).       Asas yang menuntun aparatur pemerintah agar didalam perbuatan hukum yang dilakukannya ternyata dibatalkan oleh lembaga peradilan yang berwenang, artinya harus menerima resiko untuk mengembalikan hak-hak dari pihak yang dirugikan oleh perbuatannya dan jika mungkin keharusan adanya membanyar ganti rugi.
11.  Asas Perlindungan Atas Pandangan (cara) Hidup Pribadi (principle of protecting the personal way of life).
            Asas dimana aparatur pemerintah didalam pembuatan hukum yang dilakukannya haruslah melindungi pandangan hidup yang dianut bertentangan dengan pancasila dan aturan perundang-undangan yang berlaku.
12.  Asas Kebijaksanaan (sapientia).
            Asas kebijaksanaan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha aparatur pemerintah, sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai tujuan tertentu.
13.  Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum (principle of public service).
            Asas ini menghendaki agar dalam menjalankan tugasnya pemerintah selalu mengutamakan kepentingan umum. Karena negara Indonesia adalah negara hukum yang dinamis, yang menuntut segenap aparat pemerintah dalam melakukan kegiatan menuju pada penyelenggaraan kepentingan umum. 
Asas-asas yang dimaksud di atas, perlu serta harus dikembangkan, maka Solly Lubis sependapat dengan Koentjoro Poerbopranoto untuk menggunakan asas-asas tersebut di atas, sebagai pedoman dan ukuran bagi kita di Indonesia, yang harus disesuaikan dengan asas-asas yang terkandung dalam dasar filsafat negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta hukum-hukum lainnya yang hidup di masyarakat kita, baik hukum yang tertulis maupun tidak tertulis (Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 83-84).  
Jika sejumlah asas-asas telah dijadikan dasar bagi pembangunan, berarti kehidupan kenegaraan dan kehidupan kemasyarakatan akan berjalan menurut asas-asas itu. Hal ini terkait pula dengan konsep penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999. Pasal 3 dalam undang-undang tersebut menetapkan asas-asas umum penyelenggaraan Negara meliputi (Pemerintah dan Pemerintah Daerah) dan penjelasannya menegaskan:
1)      Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.
2)      Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
3)      Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4)      Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara, dan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara .
5)      Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara,
6)      Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7)      Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan kegiatan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
8)      Asas efisiensi dan efektifitas adalah asas yang menentukan untuk memperoleh efisiensi dilaksanakannya desentralisasi, yaitu pemberian otonomi yang luas supaya lebih efisien (berdaya guna) mengenai waktu dan tenaga. Sedangkan untuk mencapai efektifitas (hasil guna) dilakukan sentralisasi yaitu untuk keperluan ekonomi dan politik. (Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 84-85).  
Perkembangan paradigma baru dari konsep pemerintah yang bersih dan berwibawa (clean government, good government) ke arah konsep mengelolah pemerintahan yang baik (good governance), dapat dilihat adanya suatu kecenderungan global dalam paradigma baru manajemen pembangunan. Dalam hal ini Bintoro Tjokroamidjojo berpendapat bahwa:
“Good governance, adalah suatu sistem dan proses dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas, serta memiliki komitmen tinggi terhadap tegaknya nilai-nilai dan prinsip desentralisasi, daya guna, hasil guna, kepemerintahan yang baik, bertanggung jawab dan berdaya saing”
(Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 86).
Melalui pendapat ini tampak adanya tataran yang lebih tinggi untuk menentukan good governance, yaitu pemerintah yang sebenarnya dan yang terpenting adalah sebagai Kepala Pemerintah daripada sebagai Kepala Negara dengan  prinsip utama good governance yaitu akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, aturan hukum, dan adanya perlakuan yang adil.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar