Istilah asas berarti dasar, prinsip, pedoman, atau
pegangan. Sedangkan yang dimaksud dengan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
adalah dasar-dasar yang perlu diketahui oleh setiap orang dalam pelaksanaan hukum
pemerintahan.
Ketentuan Pasal 1 angka (6) Undang-undang Nomor 28
Tahun 1999, menyatakan:
“Asas Umum
Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma
kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme”.
Istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik (Amrah
Muslimin, 1986: 140), pertama-tama diperkenalkan dalam laporan komisi De Monchy
di Negeri Belanda. Dalam laporan itu dipergunakan istilah Algemene Beginselen
Van behoorlijke bestuur, yang berkenaan dengan usaha peningkatan perlindungan
hukum bagi rakyat terhadap pemerintah. Asas-asas itu kemudian dipakai oleh Van
Der Grinten dalam laporan tentang peradilan administrasi dan peradilan
pelanggaran-pelanggaran disiplin dalam organisasi perusahaan (Pipin Syarifin
dan Jubaedah, 2005: 81).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka istilah
Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik itu (Amrah Muslimin, 1986: 140) merupakan
terjemahan dari istilah algemene van behoorlijk bestuur (Bahasa Belanda), dan
istilah general principles of administration (Bahasa Inggris). Kemudian Wiarda,
memberikan perincian secara tersusun unsur-unsur yang tercantum dalam
Jurisprudensi Hakim Administrasi dan Hakim-hakim Peradilan Umum, mengenai
Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik itu ada 5 (lima) unsur sebagai berikut:
1. Asas kejujuran (fair play)
2. Asas kecermatan (zorgvuldiggheid)
3. Asas kemurnian dalam tujuan (zuiverheid
dan oogmerk)
4. Asas keseimbangan (evenwichtigheid)
5. Asas kepastian hukum (rechts zakerheid)
(Pipin
Syarifin dan Jubaedah, 2005: 81-82).
Crince le Roy (Solly Lubis, 1992: 136) menyebutkan
beberapa asas umum pemerintahan yang baik yaitu:
1. Asas kepastian hukum (principle of
legal security; rechts zakerheidsbeginsel)
2. Asas keseimbangan (principle of
proportionality; evenredigheids beginsel)
3. Asas kesamaan (principle of equality;
gelijkheids beginsel)
4. Asas Kecermatan (principle of carefulness;
zorgvuldigheids beginsel)
5. Asas
motivasi pada setiap keputusan pemerintah (principle of motivation;motiverings
beginsel)
6. Asas
tidak menyalahgunakan kewenangan (principle of non misuse of competence; verbod
van detournament depouvoir)
7. Asas permainan yang wajar (principle of
fair play; fair play beginsel)
8. Asas
keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of
arbitrariness; redelijkgeids beginsel of verbod van willekeur)
9. Asas
menanggapi harapan yang wajar (principle of meeting raised expectation; of
gewekte verwachtingen)
10. Asas
peniadaan akibat keputusan yang batal (principle of undoing the consequences of
an annulled decision; herstel beginsel)
11. Asas
perlindungan atas pandangan hidup atau cara hidup pribadi (principle of
protecting the personal way of life; herstel beginsel).(Pipin Syarifin dan
Jubaedah, 2005: 82-83).
Dalam pemerintahan Indonesia kita mengenal asas-asas
yang telah lama dikenal dan diberlakukan baik dalam kehidupan bermasyarakat
maupun dalam tata pemerintahan. Menurut
SF Marbun dan Moh.Mahfud MD (2004: 59-67), mengklasifikasikan asas-asas umum
pemerintahan yang baik kedalam 13 (tiga belas asas), yaitu :
1. Asas
Kepatian Hukum (principle of legal security).
Asas kepastian hukum disebut dalam
istilah Legal Of Security. Asas ini merupakan konsekuensi logis dari pada
negara hukum, sehingga setiap perbuatan adalah tindakan aparatur pemerintah
haruslah selalu didasarkan pada aturan-aturan hukum.
2. Asas
Keseimbangan (principle of proportionality).
Asas
keseimbangan dikaitkan dengan keseimbangan hak dan kewajiban yang pada
hakikatnya menghendaki terciptanya keadilan menuju pada kehidupan yang damai.
3. Asas
Kesamaan Dalam Mengambil Keputusan (principle of equality).
Asas
ini konsisten dengan tuntutan Pasal 27 UUD 1945 yang memberikan kedudukan sama
kepada semua warga negara didepan hukum dan pemerintahan.
4. Asas
Bertindak Cermat (principle of carefulnes).
Asas
ini menuntut ketelitian dari aparatur pemerintah didalam setiap kali melakukan
sesuatu perbuatan.
5. Asas
Motivasi Untuk Setiap Keputusan (principle of motivation).
Asas
yang memberi dorongan untuk berbuat, bagi perbuatan aparatur pemerintah yang
berakibat hukum.
6. Asas
Jangan Mencampur Adukkan Kewenangan (principle of non misuse of competence).
Asas
ini memberi petunjuk agar pejabat pemerintah ataupun badan aparatur
pemerintahan tidak boleh bertindak atas sesuatu yang bukan wewenangnya.
7. Asas
Permainan Yang Layak (principle of fair play).
Asas
ini memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk mencari
kebenaran dan keadilan sebelum aparatur pemerintah mengambil suatu keputusan.
8. Asas
Keadilan Atau Kewajaran (principle of reasonable or prohibition of
arbitrariness). Asas ini menuntut ditegakkan aturan hukum agar tidak terjadi
kesewenang-wenangan.
9. Asas
Menanggapi Pengharapan Yang Wajar (principle of meeting raised expectation).
Asas
ini mendorong aparatur pemerintah dalam pembuatan hukumnya selalu memperhatikan
harapan-harapan yang ditimbulkan oleh rakyat atau pihak yang ada dalam hubungan
hukum yang tercipta sebagai lapangan hukum tata pemerintahan.
10. Asas
Meniadakan Akibat Suatu Keputusan Yang Batal (principle of undoing the
consequences of an annuled decision). Asas
yang menuntun aparatur pemerintah agar didalam perbuatan hukum yang
dilakukannya ternyata dibatalkan oleh lembaga peradilan yang berwenang, artinya
harus menerima resiko untuk mengembalikan hak-hak dari pihak yang dirugikan
oleh perbuatannya dan jika mungkin keharusan adanya membanyar ganti rugi.
11. Asas
Perlindungan Atas Pandangan (cara) Hidup Pribadi (principle of protecting the
personal way of life).
Asas
dimana aparatur pemerintah didalam pembuatan hukum yang dilakukannya haruslah
melindungi pandangan hidup yang dianut bertentangan dengan pancasila dan aturan
perundang-undangan yang berlaku.
12. Asas
Kebijaksanaan (sapientia).
Asas
kebijaksanaan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan
pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha aparatur pemerintah, sehingga
tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai tujuan tertentu.
13. Asas
Penyelenggaraan Kepentingan Umum (principle of public service).
Asas
ini menghendaki agar dalam menjalankan tugasnya pemerintah selalu mengutamakan
kepentingan umum. Karena negara Indonesia adalah negara hukum yang dinamis,
yang menuntut segenap aparat pemerintah dalam melakukan kegiatan menuju pada
penyelenggaraan kepentingan umum.
Asas-asas yang dimaksud di atas, perlu serta harus dikembangkan,
maka Solly Lubis sependapat dengan Koentjoro Poerbopranoto untuk menggunakan
asas-asas tersebut di atas, sebagai pedoman dan ukuran bagi kita di Indonesia,
yang harus disesuaikan dengan asas-asas yang terkandung dalam dasar filsafat
negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta hukum-hukum lainnya yang
hidup di masyarakat kita, baik hukum yang tertulis maupun tidak tertulis (Pipin
Syarifin dan Jubaedah, 2005: 83-84).
Jika sejumlah asas-asas telah dijadikan dasar bagi
pembangunan, berarti kehidupan kenegaraan dan kehidupan kemasyarakatan akan
berjalan menurut asas-asas itu. Hal ini terkait pula dengan konsep
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN) seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999.
Pasal 3 dalam undang-undang tersebut menetapkan asas-asas umum penyelenggaraan
Negara meliputi (Pemerintah dan Pemerintah Daerah) dan penjelasannya
menegaskan:
1) Asas
kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan negara.
2) Asas
tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
3) Asas
kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4) Asas
keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara, dan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara .
5) Asas
proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggaraan negara,
6) Asas
profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7) Asas
akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari penyelenggaraan kegiatan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
8) Asas
efisiensi dan efektifitas adalah asas yang menentukan untuk memperoleh
efisiensi dilaksanakannya desentralisasi, yaitu pemberian otonomi yang luas
supaya lebih efisien (berdaya guna) mengenai waktu dan tenaga. Sedangkan untuk
mencapai efektifitas (hasil guna) dilakukan sentralisasi yaitu untuk keperluan
ekonomi dan politik. (Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 84-85).
Perkembangan paradigma baru dari konsep pemerintah
yang bersih dan berwibawa (clean government, good government) ke arah konsep
mengelolah pemerintahan yang baik (good governance), dapat dilihat adanya suatu
kecenderungan global dalam paradigma baru manajemen pembangunan. Dalam hal ini
Bintoro Tjokroamidjojo berpendapat bahwa:
“Good governance, adalah suatu sistem dan proses
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan
prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,
transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas, serta memiliki komitmen
tinggi terhadap tegaknya nilai-nilai dan prinsip desentralisasi, daya guna,
hasil guna, kepemerintahan yang baik, bertanggung jawab dan berdaya saing”
(Pipin Syarifin dan Jubaedah, 2005: 86).
Melalui pendapat ini tampak adanya tataran yang
lebih tinggi untuk menentukan good governance, yaitu pemerintah yang sebenarnya
dan yang terpenting adalah sebagai Kepala Pemerintah daripada sebagai Kepala
Negara dengan prinsip utama good
governance yaitu akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, aturan hukum, dan
adanya perlakuan yang adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar